You must here

Featured

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Inilah Alasanya Kenapa Orang Jepang Tidak Banyak Menjadi Anggota Facebook

Selasa, 09 Februari 2010
Beberapa kali saya pernah mengirimkan invitation ke teman mahasiswa Jepang untuk ikut bergabung di FaceBook (FB). Tapi undangan saya tersebut sangat jarang ditanggapi oleh teman saya. Ada satu dua orang yang menjadi anggota, tapi itupun tidak aktif. Hanya sekedar membuka account saja. Yang lumayan aktif biasanya hanya mahasiswa Jepang yang mempunyai banyak teman mahasiswa asing.

Tahun 2008 Mark Zuckerberg membuat aplikasi bahasa Jepang untuk menarik lebih banyak peminat FB dari negeri sakura. Ternyata harapan itu tidak terpenuhi. Memang sebagian besar warga Jepang sangat tidak terbiasa dengan aplikasi berbahasa Inggris. Tetapi ketika YouTube membuat aplikasi berbahasa Jepang, berbondong-bondong orang Jepang mengupload video ke sana. YouTube relativ lebih disenangi dibandingkan dengan FB. Ternyata bahasa bukan kendali utama bagi menjamurnya FB di Jepang.

Untuk menjadi anggota FB, kita diharuskan mengisi data-data pribadi yang nantinya dicantumkan kepada orang yang menjadi teman kita. Sementara YouTube cuma mensyaratkan nama (itupun tidak perlu nama asli) dan alamat email . Di sinilah masalahnya. Sebagian besar orang Jepang tidak mau memperlihatkan data dan kehidupan pribadinya kepada banyak orang. Sebagai contoh, dengan memperlihatkan tanggal, bulan dan kelahiran kita, dipercaya dapat digunakan untuk mengetahui karakter kita yang sangat berbahaya apabila digunakan untuk kepentingan tidak baik.

Selain itu, orang Jepang juga tidak terlalu suka menonjolkan jati dirinya di hadapan orang banyak. Mereka terbiasa hidup berkelompok dan bekerja juga dalam kelompok. Kita mungkin kenal dengan produk walkman, tapi kita tidak tahu siapa penemunya, kecuali dari Sony Corpporation. Juga tamagochi yang terkenal itu, oleh perusahannya, sang penemu mendapat perlakuan sama dengan pegawai lainnya dan dianggap sebagai bagian dari kerja kelompok.

Dalam berinternetpun, orang Jepang lebih suka memakai identitas lain atau bukan nama sebenarnya. Tahun 2005 ada satu kisah nyata tentang warga Jepang yang bercurhat dalam suatu forum Internet. Pemuda Jepang tersebut adalah orang yang suka dengan komik (manga), game, animasi dan bergaya agak aneh. Di Jepang orang seperti ini disebut “otaku”. Dalam suatu perjalanan di kereta api, dia berhasil menolong seorang wanita cantik berpendidikan tinggi dari gangguan orang mabuk. Keinginannya untuk mendekati dan mencintai wanita tersebut dicurahkan dalam sebuah forum Internet. Dalam setiap langkah untuk mendekati sang wanita, dia menceritakannya di forum tersebut. Banyak sekali tanggapan, saran dan dukungan kepada pemuda tersebut. Kisah ini akhirnya menjadi populer dan dijadikan sebuah film, sinetron dan komik dengan judul “Densha Otoko” (Train Man). Sampai sekarang, identitas asli Train Main ini tidak diketahui.

Selain itu, ada juga rasa mawas diri dari orang Jepang untuk tidak membagi identitas, foto dan kehidupan pribadinya. Terutama para wanitanya. Mereka tidak mau diganggu oleh orang-orang iseng yang mengetahui identitas mereka melalui FB. Pernah juga ada kasus ketika seorang mahasiswi yang punya blog didatangi oleh pemuda Amerika yang ingin berkenalan dengannya. Sang mahasiswi menolak dan sempat terjadi kehebohan di kampus. Sejak saat itu ada himbauan di kampus untuk tidak membuka kehidupan pribadi melalui blog. Demikian cerita salah satu professor saya.

Jadi budaya masih banyak mempengaruhi orang Jepang untuk tidak sembarangan berinternet. Sementara di Indonesia banyak yang dengan secara sengaja membagi-bagikan nomor HP, alamat, nomor PIN BlackBerry dan identitas lainnya di FB mereka. Tanpa disadari, kalau ada orang yang berniat tidak baik, data-data ini bisa dengan sangat mudah dimanfaatkan untuk kejahatan.
Read the story >

Wow! Pria Ini Hidup Serumah Dengan 24 Buaya Ganas

OXFORD - Bagi orang awam, buaya adalah hewan buas yang sangat mengerikan. Namun, bagi seorang perajin kayu dari Oxford beserta keluarganya, tinggal bersama dengan buaya adalah hal yang justru melengkapi kehangatan keluarga.

Shaun Foggett, 30 tahun, memelihara 24 buaya di kebun belakang rumahnya. Dia juga tinggal beserta tunangannya, Lisa Green (29), dan ketiga anak mereka.

Dia pun telah membuat kandang untuk hewan peliharaan yang hampir punah seperti Black Cayman, Buaya Kuba serta buaya dari China. Suhu kandang pun juga dibuat serupa dengan wilayah tropis.

Foggett pun telah mengumpulkan dana sebesar 100 ribu poundsterling dalam kurun waktu dua tahun, demi membuat kebun binatang buaya pertama di Inggris. Seakan belum puas dengan apa yang telah dilakukannya, dia tetap mencari untuk lokasi yang lebih besar lagi. Demikian seperti yang dikutip Daily Mail, Kamis (5/2/2010).

Foggett pun menghabiskan dana 8.000 poundsterling per tahun, untuk memberi makan hewan peliharaannya, "Saya tertarik dengan buaya sejak masih kecil, mereka merupakan hewan yang mengagumkan," ungkap Fogget.

Ketiga anaknya pun tampaknya tidak takut untuk hidup dengan para buaya tersebut.
Read the story >

Ternyata Sepatu Bola Piala Dunia 2010 buatan Indonesia

Senin, 01 Februari 2010
Indonesia patut berbangga, meski tim nasionalnya tidak ikut masuk putaran final Piala Dunia 2010, namun beberapa produk-produk kebutuhan Piala Dunia seperti sepatu ternyata dibuat di Indonesia. Salahnya satunya produk sepatu sport merek Mizuno asal Jepang, ternyata dibuat oleh PT Panarub Dwikarya, Tangerang Banten.

Chairman PT Panarub Dwikarya Hendrik Sasmita mengatakan merek-merek sepatu terkenal seperti Adidas telah diproduksi oleh pihaknya khususnya untuk sepatu sport kelas atas. Bahkan sepatu sport merek terkenal Mizuno untuk kebutuhan Piala Dunia mulai diproduksi bulan Mei 2009 oleh Panarub.

"Mizuno yang dibuat disini yang high end sepatu bola, termasuk yang untuk World cup," kata Hendrik di pabriknya Karawaci, Banten, Rabu (27/1/2010).

Ia memperkirakan ekspor sepatu sport khususnya untuk sepatu sepak bola akan mengalami kenaikan ekspor hingga 15% pada tahun ini. Misalnya saja pada tahun 2009 lalu pihaknya mampu mengekspor 8 juta pasang untuk merek Adidas.

Ia menjelaskan merek Mizuno merupakan merek prinsipal asal Jepang, untuk tahun 2009 lalu Panarub dipercaya memproduksi merek Mizuno sekitar 70.000 pasang per bulan. Kedepannya perlahan-lahan akan meningkat hingga 150.000 pasang per bulan.

Selama setahun ini Mizuno diekspor ke beberapa negara seperti Jepang, AS, dan negara lainnya. Rencananya produk Mizuno akan difokuskan di pabrik III Panarub di Cikupa Tangerang dengan kapasitas 7 juta pasang per tahun, meski saat ini masih diproduksi di pabrik I dan II di Karawaci Tangerang.

Selama ini PT Panarub dipercaya memproduksi produk-produk sepatu sport dunia seperti New Balance, Mizuno, Adidas yang berorientasi ekspor dan Specs khusus untuk dipasarkan dalam negeri.

Panarub mulai tahun lalu juga mendapat kepercayaan memproduksi 270.000 pasang merek New Balance per bulan, yang merupakan merek asal AS. Produksinya akan ditingkatkan hingga 1 juta pasang per bulan atau 12 juta per tahun dengan tambahan tenaga kerja hingga 6000 orang. Hingga kini total tenaga kerja di Panarub mencapai 16.000 orang karyawan.
Read the story >
Grab this Widget ~ Blogger Accessories
 
bottom